Sebulan di Bui, Kawan Saya Berubah Begini


Sebut saja dia Agus. Itu bukan nama aslinya, cuma rasanya tak enak saja kalau saya tuliskan yang sebenarnya, khawatir dia tak terima menjadi materi tulisan saya di blog ini. Lagi pula, ada hal khusus yang harus saya jaga demi privasi dan masa depannya.

Yang jelas, bukan namanya yang mau saya ulas. Tapi hanya membagi cerita. Ceritanya Agus kepada saya dan seorang teman lainnya pada suatu malam yang dingin berteman angin.

Agus memang sudah beberapa hari muncul di hadapan kami. Namun baru malam itu saya dan dia berbincang agak lama. Ditemani kopi, pisang dan tayangan televisi, Agus mengenang 'perjalanan' hidupnya bersama para narapidana selama sekitar satu bulan.

Mengapa Agus sampai di bui? Itu juga bukan materi pokok coretan ini. Itu saya simpan saja. Yang menarik bagi saya, cerita lelaki ini saat berada bersama mereka yang menjalani masa hukuman di sebuah lembaga pemasyarakatan untuk masa yang bervariasi.

"Saya satu sel sama Za. Saya baru tahu dia adalah terpidana mati kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang gempar di tahun 2016," cerita Agus. 

Agus juga satu ruang dengan seorang terpidana dalam kasus perampokan. Di dalam lapas, kata Agus, orang yang dituakan itu adalah imam mereka saat menjalankan shalat berjamaah. "Katanya asal Pagar Alam," sebut Agus.

Meski jadi imam, ujar Agus, ketika dia tanya apa rencana orang itu jika bebas, jawabannya mengejutkan. Bukan seperti yang diduga. "Katanya masih mau merampok," kata Agus sembari geleng-geleng kepala. Kami lantas tertawa miris.

"Bagi sebagian orang, penjara memang menjadi tempat istirahat saja. Mereka tak berubah menjadi lebih baik, tapi masih akan kembali ke dunianya semula setelah keluar nanti," timpal seorang teman kami malam itu. Saya sebut saja dia Bang Bagas.

Bang Bagas sendiri memang punya pengalaman masuk bui. Dia dihukum dua tahun penjara karena berkelahi dan melukai lawannya dengan senjata tajam. Itu terjadi belasan tahun yang lalu. Bang Bagas kini berumur sekitar 42 tahun.

"Saya sendiri waktu di lapas menjadi lebih putih karena sudah jarang disengat matahari. Di sana, makan dan minum teratur walau menunya asal-asalan," kenang Bang Bagas.

Menurut Agus, selain soal makan dan kegiatan keseharian yang terjadwal, urusan shalat atau sembahyang menurut agama dan kepercayaan masing-masing napi juga dikontrol petugas Lapas.

Agus yang sejauh pantauan saya sebelum masuk bui tergolong jarang shalat, kini menjadi rajin shalat. "Jadi, waktu hari-hari pertama masuk, saya rupanya diamati orang yang biasa jadi imam di Lapas. Saya sampai bertanya mengapa dia suka mengamati saya. Katanya dia mau saya yang menggantikan dia jadi imam," kata Agus.

Mulanya Agus bersedia dengan catatan doa-nya masih dipimpin orang yang dituakan itu. Sampai di hari-hari berikutnya, Agus sudah full menjadi imam saat shalat berjamaah di ruang sel lapas. 

Sampai di situ, saya akhirnya paham mengapa belakangan ini Agus tampak rajin shalat. Sebulan di hotel prodeo tampaknya sudah cukup bagi dia untuk mulai berubah menjadi insan yang lebih baik. 


Rabu, 1 Februari 2017


Komentar