Sepenggal Cerita dalam Perjalanan Saban Akhir Pekan

Bagi kita yang suka jalan, artinya bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, lalu bertemu dengan orang yang berbeda setiap hari, maka tentu ada banyak cerita yang bisa dikenang dan dituliskan. Cerita itu bisa baru sama sekali atau sebagian sudah kita ketahui namun ditambah informasi baru. Atau sekedar mengulas cerita yang jamak namun dibumbui ini itu karena pengaruh bermacam-macam sudut pandang.

Saya yang rutin tiap pekan pergi-pulang Lebong-Kota Bengkulu dengan menumpang angkutan umum mengalami hal itu. Terutama jika saya ikut terlibat aktif berbincang dengan orang-orang yang saya temui. Mereka bisa orang yang lebih tua, atau lebih muda, yang kebetulan satu tumpangan. Ada cerita bijak. Ada yang kocak. Bahkan ada juga kisah yang tak disangka-sangka.

Penumpang Habis Dirampok
Saya lupa persis kapan, hanya harinya yang teringat: Jumat. Waktu itu sudah malam, sekitar jam 9. Angkutan travel yang saya naiki menjemput penumpang di Kepahiang. Mereka tiga orang, pasangan suami istri dan seorang anaknya.

Mereka duduk di bangku paling belakang. Ketika mini bus mulai jalan, perbincangan antar penumpang kembali lanjut setelah sempat diam saat ada penumpang baru yang ikut tumpangan. Sang sopir membuka tanya kepada penumpang yang baru masuk. Sejurus yang lain diam. Perhatian kini fokus ke pasutri dan anaknya.

"Kami tadi dirampok. Motor, hape, dan harta benda lainnya disikat semua," cerita dia. "Kami memang mau ke Bengkulu merayakan tahun baru (2017). Tadinya mau naik mobil tapi karena anak saya pemabuk, kami lalu pakai motor," ujarnya.

Si bapak mengaku diserempet pelaku yang bersebo saat laju kuda besinya melaju pelan di jalan yang rusak. Saat dia dan motornya terjatuh, seorang begal langsung menempel pisau ke lehernya.

Sadar dia berama anak dan istri, dia diam dan pasrah saja ketika para begundal itu memaksanya menyerahkan harta bendanya. "Siapa tahu nanti ada rejeki lagi, motor bisa dibeli," katanya.

Lelaki itu tahu jika daerah yang dilaluinya, yakni Padang Tepung, memang rawan aksi kejahatan. Namun sebelum dirinya yang menjadi korban, polisi sudah kerap menggelar patroli di sana. Tapi mau dibilang apa, tampaknya hari itu dia tengah ketiban nahas.

Saya tak mengajukan pertanyaan malam itu. Saya hanya mendengar dan mencatat beberapa informasi pokok dari ceritanya di draf hape, seperti tempat, jam kejadian, dan kronologis singkatnya.

Ketika perjalanan kami tiba di kawasan gunung, suasana di dalam mobil mulai diam. Tak ada lagi yang bercerita. Keluarga yang menjadi korban begal pun tampak memejamkan mata. Mungkin tidur karena lelah atau diam gelisah karena tentu tak menyangka akan mengalami peristiwa itu.


Komentar