Misi Berat FORKI Bengkulu

Usai melantik Pengprov FORKI Bengkulu, Sekjen PB FORKI Lumban Sianipar ikut menabuh dol bersama Gubernur Bengkulu yang membuka Kejuaraan Karate Terbuka Piala Gubernur dan Ketua Umum FORKI Bengkulu yang berlangsung di GOR Sawah Lebar, Kota Bengkulu/ist

Walau agak terseok-seok, hajatan pelantikan Pengurus Provinsi Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) Bengkulu akhirnya berlangsung juga. Mengambil panggung di GOR Sawah Lebar, Kota Bengkulu, Pengprov FORKI resmi dikukuhkan PB FORKI, Jumat (14/12/2018).

Untuk kali pertama dalam satu dekade terakhir, PB FORKI berkenan turun ke Bengkulu. Melalui Sekjen PB FORKI Lumban Sianipar, mandat penuh mengurus induk organisasi dan pembinaan karate Bengkulu resmi diemban para pengurus dibawah kepemimpinan ketua umum, Ir. Muharamin.

Karate memang punya gengsi tersendiri. Bagi Indonesia, olahraga ini kerap mengharumkan nama bangsa, tak cuma di level asia tapi juga dunia. Kita bisa lihat bagaimana karate menyumbang banyak medali saat Asian Games 2018 lalu di Jakarta.

Nah, bagi Bengkulu sendiri, karate juga berharga. Prestasi paling anyar adalah medali perunggu di PON XIX Jawa Barat tahun 2016 lalu dari nomor kumite junior putri yang dipersembahkan Hestri.

Catatan prestasi Hestri sejatinya menjadi tonggak. Perunggu adalah target minimal yang harus dipertahankan. Syukur-syukur bisa lebih. Karena itu, ukuran beban prestasi bagi Pengprov FORKI Bengkulu 2018-2022 ini sudah bisa dipatok sejak kini.

Ada agenda yang paling dekat. Apalagi Bengkulu sendiri akan menjadi tuan rumah, yakni Pekan Olahraga Wilayah (PORWIL) 2019. Meski belum menjadi salah satu cabor yang dipertandingkan, namun Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah telah membuka wacana agar karate bisa ikut PORWIL.

Permintaan itu disampaikan Rohidin kepada Sekjen PB FORKI saat menyampaikan sambutan sebelum membuka Kejuaraan Karate Terbuka Piala Gubernur dan Ketua Umum FORKI Bengkulu Tahun 2018 yang berlangsung di GOR Sawah Lebar, 14-16 Desember 2018.

Selain Porwil, tahun depan FORKI juga dihadapkan kepada dua agenda besar nasional, yakni Pra-PON dan PON XX Tahun 2020 di Papua. Dua even nasional itu akan menjadi taruhan besar Pengprov FORKI.

Mengapa?
Sudah menjadi rahasia umum energi FORKI Bengkulu kerap terkuras dalam konflik internal. Yang paling menyita perhatian adalah pergantian kepengurusan yang sering terjadi. Tak cuma di jajaran pengurus harian, tapi juga pucuk pimpinan: ketua umum.

Sebelum Muharamin, FORKI Bengkulu dipimpin Andi Muhammad. Andi yang tak genap dua tahun menjabat akhirnya diganti seiring berakhirnya masa jabatannya sebagai Danrem Bengkulu.

Irwan Alwi yang juga wakil ketua KONI Bengkulu didapuk untuk sementara memberesi FORKI. Lewat dukungan Pengda dan perguruan, Irwan pun menerima mandat PB FORKI untuk memberesi FORKI.

Beban FORKI menjawab tantangan Gubernur Bengkulu bisa ringan atau sebaliknya dapat menjadi amat berat. Soal timbangan itu sejatinya bukan terkait dukungan pemerintah daerah. Tapi lebih soal soliditas FORKI sendiri.

Saya mau katakan, kalau pengurus FORKI tidak fokus kepada target yang besar (Pra PON, PON dst), maka beban itu akan terasa berat. Yang mengganggu fokus itu adalah sikap acuh dan ego di dalam tubuh pengurus FORKI.

Soal itu saya tak mau mengulasnya lebih dalam.

Sebaliknya, jika para pengurus solid, fokus kepada goal yang besar itu maka target tembus Pra PON lalu PON dan minimal perunggu atau medali emas sekalipun bisa menjadi tugas yang menantang untuk ditunaikan.

Pengurus FORKI akan bahu-membahu mengurus organisasi agar tertib. Tidak lagi melulu sibuk dalam intrik. Sebagai organisasi, FORKI sebaiknya diurus dengan gembira, dengan suka cita sebab FORKI adalah rumah bersama karateka Indonesia.

Siapa pun boleh menjadi pengurus. Tapi menjadi pengurus (ketua umum) harus yang serius. Jangan cari kehidupan (ekonomi) dari FORKI. Kalau itu motivasinya, anda salah kamar, bung. Jangankan mimpi jadi kaya, yang ada keluar duit pribadi di sini.

Dengan kegembiraan, pengurus (yang biasanya mantan atlet dan pecinta karate) bisa dengan mudah mengayun kaki mengurus program kerja, merancang dan menyiapkan pembinaan, dan berpikir keras untuk maju.

Pun sebaliknya. Kalau niatnya biar dapat uang dari organisasi olahraga, anda tengah meniti jalan ke jurang konflik, intrik, dan politik. Hari-hari anda adalah berpikir bagaimana uang masuk kantong. Maka anda akan main politik. Jabatan-jabatan basah menjadi tujuan anda. 

Biar dapat jabatan, anda akan halalkan macam-macam cara. Mulai dari yang paling elegan sampai ke yang paling kejam. Cara elegan ditempuh dengan berdiri tegak pada posisi pro dan kontra.

Cara kejam ditempuh dengan taktik dan intrik. Mulai dari pembusukan alias mencari-cari kelemahan saingan atau menjadi figur murahan: menjadi penjilat!

Akhirnya, soal pilihan itu kembali ke jati diri anda. Saya yang bukan 'orang karate' cuma mengingatkan jati diri karateka yang dinyatakan dalam janji karateka yang diucapkan di awal dan akhir latihan.

Kalau anda penggila karate atau olahraga apapun, datang ke lokasi atau sekadar menonton perlombaan/pertandingan adalah kenikmatan yang tak ada tara. Itu bisa anda alami tanpa intrik.


Komentar