Trans 'Tayo' Raflesia

Trans Rafflesia jadi incaran anak-anak yang termotivasi film kartun Tayo/foto koleksi pribadi

Kamis, 27 Desember 2018.
Sekitar pukul 13. 00 kami merapat ke areal parkir. Kijang Kapsul Hitam yang menopang tubuh berhenti persis di depan pohon pinus. Posisi porsneling netral. Mesin dimatikan. Pencet lock di remot. Si Kijang kami tinggalkan.

Siang itu saya membawa anak-anak ke halte bus trans Rafflesia di Pantai Panjang. Sesungguhnya saya sedang memenuhi janji kepada si bungsu bahwa saya akan mengajak dia naik bus yang populer dipanggil Tayo itu.

Hari itu kami datang terlalu cepat. Dibilang cepat setelah diberi tahu seorang pedagang bakso bahwa Tayo akan ada pukul 14.00 WIB. Karena sudah di TKP, kami pun hanya bisa menunggu.

Si bungsu yang antusias mulai tidak sabaran. Bagi kita orang dewasa, tentu waktu satu jam bukan sebentar kala animo si anak begitu menggebu. Tapi mau bagaimana, menunggu adalah aksi yang tak bisa dihindari.

Setengah jam menjelang jam 14.00, halte mulai ramai. Anak-anak dan emak-emak memadati lantai halte sampai tak tersisa ruang bagi kami yang sempat sebentar menjauh dari situ.

Jam belum pas di angka 02.00. Satu unit Tayo sudah muncul di lokasi. Jaraknya sekitar 50 meter dari halte. Si bungsu yang sudah atusias makin tak sabaran. Dia protes karena bus tak kunjung merapat. Bahkan setelah jarum jam sudah di angka 02.10.

"Hmm...tak kirain on time. On schedule," gerutu saya di kepala.

Si Tayo yang sudah on itu tak kunjung bergerak. Emak-emak yang sudah ikut tak sabar pun mulai heran. Anak-anak sudah makin tak sabaran.

Tiba-tiba dari arah berlawanan, Tayo yang lain sudah tampak. Dia terus merapat sampai ke halte. Rupanya, lokasi halte yang kami tongkrongi jatah Tayo-nya dari arah yang lain.

Begitu pintu dibuka, orang-orang berdesakan. Ada yang mau keluar bus, ada juga yang memaksa masuk duluan biar dapat tempat duduk sesuai selera. Kami yang masuk paling belakang akhirnya berdiri karena tak dapat tempat duduk lagi.

Tayo meluncur ke arah BIM. Kami melewati Jenggalu, SMA 7. Bus lalu ke lajur kanan ke jalan arah Pulau Baai. Perjalanan beberapa menit itu baru saja akan saya nikmati ketika bus berhenti di halte di simpang Kandis. Petugas Trans lalu bilang perjalanan berakhir di situ. Yang mau balik ke Pantai Panjang juga harus turun dan menunggu di halte seberang jalan.

Lha..kirain kita bisa keliling menikmati Kota Bengkulu dengan satu Tayo. Baru paham saya Tayo ini bukan angkutan wisata, tapi untuk tujuan serupa angkutan lainnya: angkutan penumpang. Sampai akhir Desember 2018 ini masih gratis. Selanjutnya berbayar!

"Nanti bayar 3 ribu, buk. Jauh dekat sama saja," kata petugas ketika seorang emak-emak bertanya.


Komentar