Umur, Asal, dan Kiprah

Ilustrasi/

Saya merekam ada beberapa isu yang sudah dan masih akan dimainkan dalam kontestasi politik Pilkada tahun ini. Bukan isu baru. Ini isu-isu yang sudah kerap digoreng, dioseng-oseng, atau dipolitisir demi menggiring opini. Saya batasi saja ini dalam konteks Pilkada di wilayah Provinsi Bengkulu.

Isu pertama--belum yang utama, adalah umur. Umur tak hanya dikaitkan dengan ukuran tahun hidup. Umur juga dimaknai dengan soal pengalaman. Isu ini tujuannya mempertentangkan antara calon dengan usia muda dengan calon yang masuk kategori lebih tua.

Isu berikutnya adalah asal-usul. Ini bisa diuraikan sebagai asal daerahnya, sukunya, bahkan keturunan sesiapa dia. Soal suku sudah digelinding di daerah yang perbandingan suku asli dan pendatangnya sangat signifikan. Di wilayah yang sangat heterogen, soal suku sudah tidak bisa lagi jadi kartu sakti. Hanya buang energi!

Lalu isu lainnya adalah soal kiprah. Kiprah calon pemimpin bisa dibaca sejak dimana dia selama ini? Apa kontribusinya? Kiprah juga bisa dibaca sebagai bagaimana pergaulannya di tengah-tengah masyarakat.

Kalau dia pejabat, kiprah bisa dibaca sebagai trak rekord-nya selama menjabat: mudah atau sukar ditemui? Gampang atau ribet berurusan?

Kalau dia bukan pejabat, kiprah bisa dibaca sebagai pergaulan sosialnya: hadir atau absen di acara duka warga, tetangga, dst? Datang atau menghilang saat diundang pesta akikah, nikah, dst.

Kalau dia politisi? Mirip-mirip lah. Kalau dia pengusaha? Serupa, kayaknya.

Isu-isu dalam batasan di atas tentu akan dibilas secara berbeda oleh mereka yang kita sebutlah elit, politik tingkat dewa.

Kalau dia pejabat atau mantan pejabat, kiprah akan ditarik kepada urusan kinerja: pernah tersandung kasus hukum atau tidak? Mantan napi versus bukan bekas terpidana?

Kalau yang melempar isu merasa kenal dekat dengan kandidat yang turun, biasanya mengaburkan subjektifitas dan objektifitas. Kalau dia pro, nilainya positif. Jika dia kontra, biasanya berbalik: negatif.

Ulasan ini bukan mau menghakimi. Ini sekedar catatan orang pinggir. Tujuan saya? Saya mau bilang semua kubu kemungkinan bakal memainkan itu isu. Jadi, biasa saja lah. Slow bae. Hindari baper biar gak bikin blunder.

Sumbang saran bagi yang akan turun ke gelanggang (bacakada): tengoklah kontestasi ini sebagai ajang dan kesempatan membangun budaya politik yang elegan, yang berbobot. Berikan pendidikan politik, tularkan optimisme.

16 Januari 2020

Komentar