CANIAGO

Ujang Caniago dengan sepeda motor roda tiganya


KALAU merujuk marga di suku Minang, Padang, Sumatera Barat, kata yang biasa ditulis adalah Chaniago. Namun lantaran ditulis Caniago (tanpa huruf h setelah c), maka nama itu sejatinya tidak mewakili marga Chaniago. Begitu lah nama ini melekat dengan nama depannya: Ujang Caniago.

Paduan nama itu seolah memberi kesan si empunya nama adalah orang asal Sumatra Barat. Atau setidaknya ia punya garis keturunan dari Minang.

Tapi semua perkiraan itu meleset. Si tuan nama ternyata tak punya darah Minang. Ia tulen bersuku Jawa. Ayah ibu, kakek nenek semua bersuku Jawa.

"Di desa ini ada banyak orang bernama Ujang. Maka untuk membedakannya, di belakang nama Ujang ditambahkan nama julukan untuk membedakan. Nah, biasanya nama julukan ini asal saja dan kesannya gak enak," begitu Ujang Caniago menjelaskan.

Ujang yang terlahir disabilitas sudah menduga jika di desanya ia pasti bakal dijuluki sebagai Ujang disabilitas. Atau julukan lainnya sesuai profesinya kelak. Maka sebelum julukan itu terlanjur melekat, ia pun berinisiatif menambah kata Caniago di belakang namanya.

Nama tersebut juga disematkan di semua ijazah. Sejak SD sampai punya KTP. Sementara nama asli atau nama yang diberikan orang tuanya tidak lagi dia pakai. "Nama asli kakak itu Ujang Yasin," ungkap pria 55 tahun yang kusapa Kak Ujang.

Berkat nama itu, ia pun dipanggil Caniago jika sedang bersama orang yang bernama depan Ujang. Tak hanya di desa, tapi dimana saja.

"Ada banyak yang bertanya, apakah saya punya garis dari Padang. Maka saya bilang saja dari nenek. Kalau ada yang nanya ke emak, dia bilang saja nama itu memang sesuai dengan ijazah saya," kenangnya.

Begitulah kini ia dipanggil Caniago oleh mereka yang sudah lama mengenalnya. Kalau ada yang menanyakan dirinya dengan nama Ujang, maka orang pun balik tanya untuk memastikan Ujang yang mana. Sebutkan Caniago. 

Komentar